Apakah anda telah mencapai kesuksesan dalam hal kekayaan, pekerjaan atau sisi kehidupan yang lain atau belum. Yang harus kita ingat selalu adalah bahwa selalu ada cara lain untuk memandang segala sesuatu di dunia ini. Kita merasa tidak bahagia – ketika kita kehilangan sentuhan kedamaian dasar yang wajar serta kepuasan – karena pikiran-pikiran kita yang telah tertanam di dalam sudut pandang yang tidak membahagiakan. Dengan keras kepala kita memegang teguh sudut pandang demikian, dan oleh karenanya kita kehilangan pilihan kita. Bahkan dalam situasi sulit pun tetap ada pilihan lain.
Beranikah Anda Memilih untuk Berbahagia?
Jika kebahagiaan memang suatu pilihan yang berkelanjutan, mengapa orang justru memilih sebaliknya? Barangkali karena kita tidak mengetahui bahwa sebenarnya kita dapat memilih, kebahagiaan itu. Bukannya memilih perasaan bahagia, kita malah memilih perasaan bersalah, takut, cemas terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.Mungkin juga kita cenderung bersikap angkuh di dalam ketidakbahagiaan kita. Kita menganggap orang yang tampaknya bahagia sebagai orang yang sembrono, egois. Pemikiran-pemikiran seperti ini biasanya bersumber dari keyakinan-keyakinan yang kita anut tentang kebahagiaan. Keyakinan yang bersumber dari lingkungan kita di rumah, sekolah, keluarga, lembaga keagamaan, dan masyarakat umum. Banyak sumber-sumber keyakinan yang merasuk ke dalam pikiran kita – sayangnya kebanyakan didasarkan pada keadaan lahiriah – yang mempengaruhi keyakinan kita tentang konsep kebahagiaan.
Apapun konsep anda tentang kebahagiaan, itu adalah hak pribadi yang anda miliki. Terlepas apakah kebahagiaan itu bersifat semu atau merupakan kebahagiaan sejati, semua kembali kepada keyakinan dan pengalaman diri kita masing-masing. Yang jelas kebahagiaan sejati itu ada dan kita bisa memilih untuk mencapainya.
Pemenuhan Diri
Belajar merasakan kepenuhan diri adalah satu langkah besar menuju kebahagiaan sejati. Ini berarti menerima segala sesuatunya apa adanya, tidak mencoba mengendalikannya, dan selalu melihat sisi baik dimana pun kita berada. Dalam kitab-kitab bangsa Yahudi mengatakan kepada kita bahwa orang yang paling kaya adalah dia yang merasa puas dengan apapun yang dimilikinya. Dalam Doa Kedamaian, kita diingatkan bahwa menerima segala sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan adalah kunci hidup tenang dan bahagia.Pemenuhan diri bukan berarti berpuas diri, menyerah begitu saja (bersikap fatalistis), atau penyangkalan. Rasa pemenuhan diri berarti sungguh-sungguh menyatu dengan keadaan kita di mana pun saat ini kita berada. Kita masih bisa berharap dan berencana serta berupaya mengarah pada masa depan yang lebih baik. Akan tetapi pada saat yang sama kita juga memusatkan diri kita pada apa yang baik yang saat ini kita miliki.
Saya percaya bahwa orang yang paling berbahagia di muka bumi ini adalah mereka yang sungguh-sungguh memberi sumbangan positif bagi kemanusiaan. Memilih kebahagiaan sejati batin kita memberikan kemungkinan untuk menyebarkan daya yang positif pada kehidupan ini. Ketidakbahagiaan diri kita tidak akan membantu seorang pun tetapi justru akan membuat lingkungan kita cemas terhadap diri kita. Kebahagiaan diri kita sendiri, mungkin juga tidak memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia ini, atau bisa menjadikan bumi ini menjadi tempat yang layak. Tetapi paling tidak, dengan kebahagiaan diri kita sendiri, akan menambah satu orang lagi yang berbahagia di muka bumi ini.
Lalu mengapa kita tidak memilih untuk berbahagia, dan kita mewujudkannya untuk kebahagiaan diri kita sendiri?
Lalu mengapa kita tidak memilih untuk berbahagia, dan kita mewujudkannya untuk kebahagiaan diri kita sendiri?
0 komentar:
Posting Komentar